Dual Pathway To Wellbeing

Mis­sil­iana Rias­nu­gra­hani, Tery Seti­awan, Edwin de Jong, Bagus Tak­win
DOI : https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e19704
PDF: Down­load

Hai semuanya! Saya kem­bali lagi den­gan ringkasan menarik dari penelit­ian ter­baru kami ten­tang hubun­gan antara kese­jahter­aan dan keta­hanan. Penelit­ian ini, yang diter­bitkan di Human­i­ties and Social Sci­ences Com­mu­ni­ca­tions, menye­lidi­ki bagaimana kese­jahter­aan rela­sion­al — yaitu, bagaimana kita merasakan hubun­gan kita den­gan kelu­ar­ga, komu­ni­tas, dan lingkun­gan kita — berpen­garuh pada keta­hanan indi­vidu, teruta­ma di ten­gah kesuli­tan hidup. Lebih spe­si­fiknya, kami fokus pada pen­duduk pemuki­man kumuh di Indone­sia, yang ser­ing meng­hadapi tan­ta­n­gan lingkun­gan dan sosial yang sig­nifikan.

Penelit­ian ini unik kare­na meli­hat hubun­gan antara kese­jahter­aan dan keta­hanan melalui lensa hubun­gan sosial. Kami tidak hanya meli­hat bagaimana indi­vidu men­gatasi kesuli­tan, tetapi juga bagaimana dukun­gan dari kelu­ar­ga dan komu­ni­tas mere­ka mem­ban­tu mere­ka dalam pros­es terse­but. Ini berbe­da dari banyak penelit­ian sebelum­nya yang lebih fokus pada fak­tor-fak­tor indi­vidu sema­ta.

Mema­ha­mi Kese­jahter­aan Rela­sion­al dan Keta­hanan Indi­vidu
Sebelum kita mem­ba­has detail penelit­ian, mari kita defin­isikan isti­lah kun­ci. Kese­jahter­aan rela­sion­al, seper­ti yang dikon­sep­tu­al­isas­ikan oleh White [2010], meliputi tiga dimen­si uta­ma:
1. Sub­jek­tif: Bagaimana indi­vidu meni­lai diri mere­ka sendiri, keyak­i­nan mere­ka (ter­ma­suk keaga­maan), dan kon­sep diri mere­ka.
2. Mate­r­i­al: Bagaimana indi­vidu meni­lai keadaan ekono­mi mere­ka, kepuasan ter­hadap pen­da­p­atan, dan akses ter­hadap sum­ber daya mate­r­i­al.
3. Relasional/Sosial: Bagaimana indi­vidu meni­lai hubun­gan mere­ka den­gan kelu­ar­ga, komu­ni­tas, dan lingkun­gan sek­i­tar, ter­ma­suk rasa aman dan per­sain­gan.

Keta­hanan indi­vidu, seper­ti yang dije­laskan oleh Benard [1999, 2004], adalah kemam­puan sese­o­rang untuk men­gatasi kesuli­tan dan beradap­tasi den­gan tan­ta­n­gan hidup. Ini bukan hanya ten­tang berta­han, tetapi juga ten­tang berkem­bang dan pulih dari kemu­nduran.

Metode Penelit­ian: Men­je­la­jahi Hubun­gan Kom­pleks
Untuk menye­lidi­ki hubun­gan antara kese­jahter­aan rela­sion­al dan keta­hanan indi­vidu, kami melakukan stu­di di tiga kota di Indone­sia yang rentan ter­hadap ban­jir: Bima, Man­a­do, dan Pon­tianak. Kami memil­ih lokasi-lokasi ini kare­na pemuki­man kumuh di kota-kota terse­but ser­ingkali meng­hadapi risiko ban­jir yang ting­gi dan akses ter­batas ter­hadap infra­struk­tur dasar.

Kami meng­gu­nakan metode ran­dom walk untuk memil­ih sam­pel pen­duduk dewasa (usia 18 tahun ke atas) yang telah ting­gal di daer­ah terse­but min­i­mal lima tahun. Metode ini dip­il­ih kare­na keter­batasan data reg­is­trasi pen­duduk yang lengkap dan mutakhir. Par­tisi­pan dim­inta untuk mengisi kue­sion­er yang men­gukur kese­jahter­aan rela­sion­al dan keta­hanan indi­vidu mere­ka.

Untuk memas­tikan valid­i­tas dan reli­a­bil­i­tas data, kami meng­gu­nakan anal­i­sis fak­tor kon­fir­ma­tori (con­fir­ma­to­ry fac­tor analy­sis atau CFA). Anal­i­sis ini mem­ban­tu kami memas­tikan bah­wa kue­sion­er kami benar-benar men­gukur apa yang seharus­nya diukur. Sete­lah data valid dan reli­a­bel, kami meng­gu­nakan anal­i­sis jalur medi­asi (medi­at­ed-path analy­sis) untuk menye­lidi­ki per­an fak­tor-fak­tor pro­tek­tif kelu­ar­ga dan komu­ni­tas dalam hubun­gan antara kese­jahter­aan rela­sion­al dan keta­hanan indi­vidu.

Temuan Penelit­ian: Jalan Dua Arah Menu­ju Keta­hanan
Anal­i­sis kami men­gungkap­kan temuan yang menarik. Fak­tor-fak­tor pro­tek­tif kelu­ar­ga memainkan per­an pent­ing dalam hubun­gan antara dimen­si kese­jahter­aan rela­sion­al dan keta­hanan indi­vidu. Namun, per­an fak­tor-fak­tor pro­tek­tif komu­ni­tas terny­a­ta lebih kom­pleks.

Secara umum, fak­tor pro­tek­tif kelu­ar­ga menun­jukkan efek posi­tif pada keta­hanan indi­vidu. Artinya, semakin kuat dukun­gan dan per­ha­t­ian kelu­ar­ga, semakin ting­gi keta­hanan indi­vidu. Seba­liknya, fak­tor pro­tek­tif komu­ni­tas menun­jukkan efek yang lebih beragam. Dalam beber­a­pa kasus, fak­tor ini menun­jukkan efek posi­tif, tetapi dalam kasus lain, efeknya jus­tru negatif. Beber­a­pa hal yang per­lu diper­hatikan:
1. Per­an Reli­giosi­tas: Reli­giosi­tas dap­at men­gu­ran­gi dampak posi­tif dari fak­tor pro­tek­tif komu­ni­tas. Indi­vidu yang san­gat religius mungkin lebih fokus pada peny­er­a­han diri kepa­da Tuhan dari­pa­da men­gan­dalkan dukun­gan komu­ni­tas.
2. Efikasi Kolek­tif: Keper­cayaan pada kemam­puan kolek­tif komu­ni­tas untuk men­gatasi masalah dap­at meme­di­asi hubun­gan antara fak­tor pro­tek­tif komu­ni­tas dan keta­hanan indi­vidu.
3. Jenis Dukun­gan Komu­ni­tas: Dukun­gan yang hanya mem­beri solusi jang­ka pen­dek atau men­cip­takan keter­gan­tun­gan dap­at menu­runk­an keta­hanan, sedan­gkan dukun­gan yang mem­ber­dayakan lebih efek­tif.

Imp­likasi dan Batasan Penelit­ian
Temuan kami mene­gaskan pent­ingnya dukun­gan kelu­ar­ga dan komu­ni­tas yang mem­ber­dayakan, teruta­ma di daer­ah rawan ben­cana. Namun, penelit­ian ini memi­li­ki keter­batasan:
1. Fokus hanya pada daer­ah perko­taan.
2. Tidak memer­in­ci jenis aktiv­i­tas komu­ni­tas.
3. Beber­a­pa koe­fisien relatif kecil.
4. Meng­gu­nakan data cross-sec­tion­al sehing­ga tidak mela­cak peruba­han jang­ka pan­jang.

Kes­im­pu­lan: Menu­ju Keta­hanan yang Lebih Kuat
Penelit­ian ini mem­per­li­hatkan bah­wa dukun­gan kelu­ar­ga yang kuat men­ja­di kun­ci keta­hanan indi­vidu, semen­tara dukun­gan komu­ni­tas harus mem­ber­dayakan dan men­dorong par­tisi­pasi aktif agar efek­tif. Stu­di lan­ju­tan diper­lukan untuk men­jawab keter­batasan yang ada dan men­e­mukan fak­tor lain yang berper­an dalam keta­hanan di berba­gai kon­teks.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *